DimasBagus.com – KF-21 Boramae adalah hasil kolaborasi ambisius antara Korea Aerospace Industries (KAI) dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Pesawat tempur generasi 4.5 ini dikembangkan untuk mengisi celah antara jet tempur generasi ke-4 seperti F-16 dan generasi ke-5 seperti F-35 Lightning II.
Nama “Boramae” sendiri berarti anak elang dalam bahasa Korea—simbol semangat baru kemandirian industri pertahanan udara Asia.
Program ini dimulai dengan proyek KF-X (Korean Fighter eXperimental) pada tahun 2010-an, dan Indonesia bergabung sebagai mitra strategis dengan kontribusi finansial dan teknis. Tujuannya jelas menciptakan jet tempur modern yang bisa diproduksi dan dikembangkan sendiri oleh dua negara Asia ini.
Daftar Isi
Proses Pengembangan dan Produksi KF-21
Pengembangan KF-21 berlangsung dalam beberapa fase besar:
Fase Desain dan Prototipe (2015–2021)
KAI mengembangkan enam prototipe awal, termasuk versi satu kursi dan dua kursi. Pesawat pertama berhasil melakukan maiden flight pada Juli 2022 dan mencapai kecepatan supersonik dalam pengujian berikutnya.
Fase Uji Terbang dan Integrasi Sistem (2022–2025)
Pengujian radar AESA (Active Electronically Scanned Array), sistem avionik, dan kontrol penerbangan dilakukan secara intensif. KAI juga mulai menyiapkan jalur produksi massal untuk Block 1.
Produksi Bersama dengan Indonesia
PT Dirgantara Indonesia berperan dalam pembuatan beberapa komponen struktur dan sistem. Kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan manufaktur dan teknologi pertahanan nasional.
Spesifikasi Teknis KF-21 Boramae

Berikut spesifikasi utama yang menjadi daya tarik jet tempur ini:
Spesifikasi | Detail |
---|---|
Generasi | 4.5 / Multirole Fighter |
Mesin | 2 × GE F414-GE-400K (diproduksi oleh Hanwha Aerospace di Korea) |
Daya Dorong Total | ±50.000 lbf |
Kecepatan Maksimum | Mach 1.8 (sekitar 2.200 km/jam) |
Jarak Tempuh | ±2.900 km |
Hardpoints | 10 titik eksternal (rudal, bom pintar, dan tangki bahan bakar tambahan) |
Radar & Sensor | AESA radar, IRST (Infra-Red Search & Track), dan sensor fusion modern |
Avionik | Sistem misi digital, fly-by-wire, dan data link networked warfare |
Persenjataan | Rudal udara-ke-udara AIM-120 AMRAAM, rudal IRIS-T, bom pintar, serta kompatibilitas rudal anti-kapal dan anti-radar di versi lanjutan |
Dengan sistem avionik terbuka (open architecture), KF-21 dapat dengan mudah menerima pembaruan software dan integrasi senjata baru tanpa memerlukan desain ulang besar.
Kecanggihan dan Keunggulan KF-21
KF-21 Boramae dirancang untuk mendekati kemampuan stealth seperti pesawat generasi ke-5. Meskipun versi awal (Block 1) masih menggunakan external weapon mount, rancangan strukturnya sudah siap untuk pengembangan internal weapon bay di varian Block 2.
Beberapa keunggulan utama:
- Radar AESA lokal buatan Hanwha Systems dengan kemampuan deteksi multipoint.
- Sensor fusion system yang menampilkan data dari berbagai sumber dalam satu layar.
- Data link antar pesawat (network-centric warfare) untuk koordinasi udara yang efisien.
- Desain low-observable, dengan penampang radar kecil dan material penyerap gelombang radar.
Dengan kombinasi ini, KF-21 mampu beroperasi di misi udara ke udara, udara ke permukaan, dan bahkan misi anti-kapal.
Update Terkini: KF-21 Block 2 dan Arah Pengembangan

Hingga 2025, proyek KF-21 sudah memasuki tahap produksi awal (Low Rate Initial Production). KAI kini fokus mengembangkan KF-21 Block 2, dengan beberapa peningkatan besar.
- Penambahan ruang senjata internal untuk mendekati konfigurasi stealth penuh.
- Peningkatan sistem peperangan elektronik (EW suite) agar mampu menghadapi ancaman radar modern.
- Integrasi rudal udara-ke-darat berpemandu presisi seperti Taurus KEPD 350K-2.
- Kemampuan MUM-T (Manned-Unmanned Teaming) — kerja sama dengan drone tempur.
KAI menargetkan produksi massal Block 2 mulai 2028–2029, dengan pesanan awal dari Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) sebanyak 120 unit. Indonesia pun diharapkan mendapatkan jatah produksi dan transfer teknologi lebih besar di fase ini.
Peran Strategis Indonesia dalam Proyek KF-21
Keterlibatan Indonesia bukan hanya sebagai investor, tetapi juga mitra teknologi.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berperan dalam pembuatan struktur fuselage dan integrasi sistem tertentu.
Selain itu, melalui program ini, insinyur Indonesia mendapat pelatihan langsung di Korea untuk mempelajari sistem desain dan produksi pesawat tempur modern.
Bagi Indonesia, proyek KF-21 adalah:
- Langkah strategis menuju kemandirian industri pertahanan.
- Peluang memperkuat kemampuan teknis dan SDM dirgantara nasional.
- Potensi memiliki jet tempur buatan sendiri di masa depan.
Video KF-21 Boramae Di Seoul ADEX 2025
Kesimpulan: KF-21 Boramae Indonesia dan Korsel Simbol Kemandirian dan Kolaborasi Asia
KF-21 Boramae bukan sekadar proyek pesawat tempur, melainkan simbol kemandirian teknologi pertahanan Asia.
Dengan dukungan dua negara — Korea Selatan dan Indonesia — KF-21 membuktikan bahwa inovasi dan kolaborasi bisa menghasilkan jet tempur modern yang siap menyaingi produk barat.
Melalui Block 2 dan rencana pengembangan lanjutan, KF-21 berpotensi menjadi pesawat stealth fighter penuh generasi 5 pertama buatan Asia Tenggara.Sebuah langkah besar menuju era baru kekuatan udara kawasan.