DimasBagus.com – Sempat heboh saat debat capres soal Drone, kini saya akan memberikan informasi, yaitu mengenalkan Drone siluman dengan senjata laser terbaru Amerika Serikat.
Generasi drone militer AS mendatang, yang diperkenalkan pabrikan AS, tak hanya akan membawa senjata roket, namun bakal dilengkapi “laser ultra-ringan” yang mampu merusak sasarannya berulang-ulang dengan kecepatan cahaya.
“Drone generasi baru menyediakan magasin yang tak terbatas,” ujar seorang yang tahu betul dengan program “High Energy Liquid Laser Area Defense System (HELLADS), seperti ditulis RT Online, Selasa (11/12).
Lebih dari empat tahun terakhir, Defense Advance Research Project Agency (DARPA) menganugerahkan kontrak kepada General Atomics senilai US$60 juta untuk mengembangkan dan memproduksi HELLADS, senjata dengan kekuatan sinar laser 150 kilo watt yang unik.
Laser dengan kekuatan seperti itu mampu merontokkan roket atau pesawat terbang namun masih terlalu besar bentuknya, yang berarti hanya bisa ditempatkan secara stasioner dalam sistem pertahanan.
HELLADS, yang menurut DARPA masih dalam tahap pengembangan, sangat ringan. Beratnya hanya 750 kilogram, lebih kecil dari pada mobil sedan mini. Aplikasi kunci HELLADS adalah generasi baru pesawat udara tak berawak (UAV) alias drone.
Dalam iklan video digital drone seri Predator C Avenger, General Atomics (GA) memperagakan drone yang mampu menghujani laser dan melumpuhkan rudal pencegat dalam sepersekian detik, sebelum meluncurkan senjata serang dan membidik objek sasaran di lapangan.
Kapasitas dari laser mungkin digandakan oleh kemampuan si predator sendiri. GA yakin predator ini paling efisien penggunaannya dan relatif murah. Drone berkecepatan tinggi ini seperti “serombongan” besar unit terpadu yang dapat mengatasi jaringan pertahanan besar, dengan hanya mengorbankan sejumlah kecil komponen mekanis.
Klaim yang berani ini tentu harus ditimbang terhadap berapa banyak pesanan drone yang masuk ke GA. Baik UAV/drone atau laser kini mencapai tahap produksi, dan meskipun telah terbukti Angkatan Udara AS melihat drone sebagai masa depan penting, tapi sukses si predator belum menjadi jaminan.
Kelemahan lain terletak pada batas kemampuan alamiah laser. Memang laser mudah di-charge ulang dan bisa bekerja selama berjam-jam, tak seperti peluru kendali konvensional, senjata laser tak dengan mudah menembus awan atau asap dengan sinar lasernya.
Intinya, HELLADS harus melihat target sebelum menembak, yang membuat penggunaannya kemungkinan besar terbatas pada rudal dan pesawat musuh, daripada target yang ada di atas tanah. Laser generasi baru diyakini mampu menembak dengan tepat dan mengurangi dampak terhadap obyek yang dirusak, namun persoalan etika dan hukum menjadi masalah.
Rusia, Israel dan pabrikan senjata lain mengatakan sedang mengembangkan laser portable versi mereka, namun pengembangan yang dilakukan AS sudah lebih maju.
http://www.youtube.com/watch?v=TH2Zbo0KCxE
Sumber: Inilah.com