DimasBagus.com – Kongsberg telah menandatangani kontrak senilai 77 juta USD dengan Kementerian Pertahanan Indonesia untuk memasok sistem pertahanan udara NASAMS, dirilis situs kongsberg.com, 31/10/2017.

Kontrak tersebut terdiri dari pengiriman sistem NASAMS lengkap dengan pos komando, radar, peluncur, radio dan integrasi, dan dukungan pelatihan serta logistik. Rudal AMRAAM akan diberikan dalam sebuah kesepakatan pemerintah-ke-pemerintah yang terpisah antara Indonesia dan Amerika Serikat.

NASAMS melindungi aset sipil dan militer bernilai tinggi di darat terhadap ancaman udara. Fleksibilitas inheren dan modularitas NASAMS menjadikannya solusi terdepan di dunia dengan kemampuan unik untuk memerangi ancaman udara modern, serta memiliki kemampuan untuk berintegrasi dengan berbagai sensor dan senjata yang berbeda. Beberapa negara telah memilih NASAMS, termasuk Norwegia, Finlandia, Belanda, Amerika Serikat, Spanyol, Oman dan sekarang Indonesia.

“Kami sangat senang bahwa Indonesia, sebagai negara pertama di wilayahnya, memilih NASAMS untuk pertahanan tanah airnya. Evolusi teknis dan penambahan pengguna yang terus berlanjut menegaskan bahwa NASAMS adalah sistem pertahanan udara paling modern dan canggih di dunia, “kata Eirik Lie, Presiden Kongsberg Defense & Aerospace.

Artikel ini sudah pernah tayang di JakartaGreater.com pada 1/11/2017 dengan judul “Indonesia Beli Sistem Pertahanan Udara NASAMS”.

Kemhan Pilih NASAMS Untuk Rudal Pertahanan Udara Jarak Menengah

Indonesia dipastikan mengakuisisi sistem pertahanan udara Nasams setelah persetujuan kredit pengadaan alutsista tersebut beredar di situs militer defence.pk. Adapun persetujuan kredit ini bernilai USD 101,6 juta yang berasal dari Eksportkreditt Norge AS, Norwegia pada tanggal 21 Juni 2017 untuk pembiayaan pengadaan rudal Nasams untuk Angkatan Udara Indonesia.

Terpilihnya Nasams merupakan pilihan rasional dari 4 kandidat Hanud jarak medium (Medium Air Defense – MeRAD) dengan jarak jangkau antara 50-100 km dimana dalam kompetisi tersebut muncul 4 pemasok yang terdiri dari NASAMS (Norwegia), LY-80 (China), Flying King (China), dan Sky Dragon 50 (China).

TNI AU sendiri membutuhkan rudal pertahanan udara untuk melindungi wilayah udara Indonesia yang terbentang luas. Untuk rudal pertahanan udara (Hanud) jarak dekat (Short Range Air Defense – ShoRAD) sekarang ini sudah punya enam detasemen, dari kebutuhan kurang lebih 12 detasemen hanud hingga tahun 2024 mendatang. Untuk jarak dekat ini TNI AU telah melengkapinya dengan rudal QW-3 buatan China dan Chiron buatan Korea Selatan.

Sedangkan kebutuhan Hanud untuk jarak menengah hingga tahun 2024 adalah 2 baterai rudal jarak menengah yang diprioritaskan untuk Kosekhanudnas 1 yang berkedudukan di Halim Perdanakusumah Jakarta, dengan wilayah kerjanya membawahi 6 satuan radar dari Natuna hingga Yogyakarta.

Kontrak pengadaan Nasams ini hampir mirip dengan paket pembelian Lithuania dimana untuk nilai USD 9 juta didapatkan 2 baterai rudal Nasams. Satu baterai rudal terdiri dari 2 kendaraan peluncur rudal yang dapat membawa 6 rudal sekaligus, kemudian 1 radar surveillance, acquisition and tracking Raytheon AN/TPQ-36A Sentinel yang merupakan radar phased-array dan 1 kendaraan fire distribution centre (FDC). Tidak termasuk didalamnya kendaraan electro-optical kamera.

Sistem hanud Nasams dapat menggunakan rudal AIM-9X Sidewinder maupun AIM-120C AMRAAM, beruntunglah bahwa kedua rudal ini telah dimiliki TNI AU dimana Kemhan telah melakukan pembelian 36 AIM-120C7 dengan jarak jangkau 105 km dan juga 30 AIM-9X Block II Sidewinder dengan jarak jangkau 20 km

Berkaca dari pengadaan meriam pertahanan udara Oerlikon Skyshield 35mm, maka yang dibutuhkan TNI AU adalah sistem yang mobile (truck mounted) dan mudah dipindahkan dengan pesawat angkut C-130 Hercules. Kemungkinan sistem peluncur radar besutan Kongsberg-Raytheon ini adalah platform truk 6×6 dan radar beserta kendaraan FDC dengan platform kendaraan taktis 4×4.

Di lingkungan TNI AU, sistem hanud Nasams harus dapat dipindahkan ke wilayah yang membutuhkannya yang terbentang luas sekali, untuk Komando Pertahanan Udara Nasional TNI AU padahal mempunyai 4 kosekhanudnas, maka sistem Nasams juga harus mobile dan air transportable.

Indonesia menjadi negara kedua di kawasan yang mengadopsi siatem rudal Nasams setelah setelah Australia, negara di kawasan lainnya menjatuhkan pilihan pada Spyder buatan Israel (Singapura, Vietnam) sementara Thailand menjatuhkan pilihan pada KS-1/HQ-12 buatan China.

Artikel ini sudah pernah tayang di Defense-Studies.blogspot.co.id pada (3/10/2017) dengan judul “Kemhan Pilih NASAMS Untuk Rudal Pertahanan Udara Jarak Menengah”.