Kemarahan SBY di Twitter Soal Penyadapan Diulas Media Australia

0
116

Media Australia, Sydney Morning Herald (SMH) menyoroti dan mengulas gaya mengomel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam menyikapi aksi penyadapan yang dialamatkan kepadanya oleh Badan Intelijen Negeri Kanguru (DSD). Pasalnya, ketimbang memberi pernyataan terbuka secara langsung, SBY justru mengungkapkan kemarahannya melalui kicauan di media sosial seperti Twitter.

Menurut Jacqueline Maley, penulis artikel di SMH itu, cara yang dipilih Presiden SBY cukup unik.

“Sama seperti ketika perang Vietnam dulu yang menjadi satu-satunya perang yang dapat disaksikan melalui televisi, ini merupakan kerenggangan pertama hubungan Indonesia-Australia yang dikabarkan secara langsung melalui Twitter,” tulis Maley.

Maley menganalogikan komunikasi yang dipilih SBY mirip dengan pola yang sempat dijalani oleh pemain kriket, Shane Warne, dan kekasihnya seorang model dan artis, Liz Hurley. Sebelum menyatakan diri berpisah, pasangan tersebut selalu berbalas kicauan di Twitter.

Publik baru menyadari hubungan keduanya merenggang karena  Warne dan Hurley absen saling sapa di dunia maya selama satu minggu lebih. Sementara dalam kasus Presiden SBY, pola komunikasi itu akan tetap menjadi pilihannya karena dia sedang tak ingin menelepon Perdana Menteri Tony Abbott.

Sehingga dia memilih mengungkapkan kemarahannya lewat Twitter, ketimbang menyampaikannya secara langsung. Hal itu, menurut Maley tidak baik.

Namun, dia melihat cara yang dipilih SBY memiliki suatu keuntungan, yaitu naiknya jumlah follower di akun Twitternya @SBYudhoyono. Hingga saat ini jumlah pengikut akun Twitter SBY berjumlah 4.015.618, sementara jumlah drastis terlihat dari akun Twitter PM Abbott yang hanya mencapai 261.892 follower.

Bahkan pada Selasa ini, jumlah pengikut akun Twitter SBY kian bertambah. Menurut Maley, SBY mungkin akan menyimpan ponsel Nokia E90-1 untuk berkomunikasi selama sementara.

Aksi spionase yang terungkap di media sejak Senin lalu diperkirakan dapat membahayakan hubungan diplomatik kedua negara. Menteri Luar Negeri yang ditemui di Istana Negara pada Selasa ini menyatakan ke depan, kerjasama dengan Australia tidak akan berjalan seperti biasa. Dia menyebut akan ada evaluasi yang terus dilakukan.

“Kami terus mendowngrade hubungan Australia dengan kita,” ujar Marty usai turut menyaksikan pelantikan para Duta Besar baru asing untuk Indonesia.

Menurut Marty, bukan Indonesia yang memulai masalah ini, melainkan Australia. “Sehingga pihak Australia lah yang harus cari jalan penyelesaian ini dengan baik,” dia menambahkan.

Sebelumnya, pada hari Senin kemarin Marty telah diminta oleh Presiden SBY untuk menarik kembali Dubes Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema. Riphat sendiri dijawalkan telah tiba di tanah air pada Selasa sore ini.

Sumber : VIVA