DimasBagus.web.id – Dugaan aksi polisi salah tangkap dan kekerasan oleh aparat kepolisian saat menginterogasi, kembali terjadi. Kali ini di Pasuruan, Jawa Timur.
Achmad Khusaeri, Kepala Urusan (Kaur) Dusun Benculuk Kulon, Desa Cuban Joyo, Kecamatan Kejayan, Pasuruan itu ditangkap oleh 15 orang berpakaian preman yang mengaku sebagai anggota Polres Pasuruan, Senin (20/1/2014). Penangkapan dilakukan tanpa menunjukkan surat penangkapan.
Kurang dari 24 jam Khusaeri memang sudah tiba kembali di rumahnya. Namun, dia “pulang” dalam kondisi sudah meninggal.
“Suami saya (Khusaeri) dituduh menjadi dalang perampokan di desa tetangga. Dia dijemput 15 polisi berpakaian preman. Besoknya, dia dipulangkan sudah menjadi mayat,” kata Su’udah, istri Khusaeri di Redaksi Kompas TV di Jakarta, Kamis (20/3/2014), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Su’udah menceritakan, sang suami “dijemput” 15 orang itu sekitar pukul 22.30 WIB. Dia mengatakan saat itu suaminya sudah dipukuli dan diseret orang-orang itu sebelum dimasukkan ke dalam mobil.
“Kata polisi malam itu, ‘kamu ingat muka saya, silakan tuntut polisi, kami tidak takut’. Saya tak sendiri ketika itu, tapi ada saksi lain,” tutur Su’udah, menirukan perkataan salah satu “penjemput” suaminya itu. Keesokannya, Selasa (21/1/2014) menjelang maghrib, polisi memulangkan suaminya memakai ambulans RS Bhayangkara. Sudah meninggal.
“Khusaeri meninggal ditembak di tulang rusuk belakang bagian kanan yang tembus hingga dada bagian kiri depan. Betis kaki kanannya juga ditembak. Wajahnya juga babak belur dipukuli,” tutur Su’udah sembari memperlihatkan selembar foto jasad suaminya itu.
Selain menjadi aparat desa, kata Su’udah, suaminya bekerja sebagai petugas keamanan (satpam) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saya sudah mengadukan hal ini ke Polres Pasuruan dan Propam Polda Jawa Timur, tapi sampai sekarang tak ada tindak lanjut,” kata dia. Karenanya, Su’udah pun memutuskan mengadu ke Mabes Polri.
Sumber: Kompas.com