DimasBagus.com – Saat meriam atau kanon tipe 80 Giant Bow pelontar peluru kaliber 23 mm ditembakkan, pembatas laras tiba-tiba tidak berfungsi sehingga arah tembakan berubah dan menghajar sejumlah anggota TNI yang berada di lokasi gladi bersih, Tanjung Datuk Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (17/5/2017) siang. Lebih jauh tentang senjata tersebut, yuk mengenal meriam Giant Bow 23mm type 80.

Kanon Type 80 Giant Bow kaliber 23mm ini digunakan oleh TNI dibawah Yon Arhanudri 1 Kostrad, yang bermarkas di bilangan Serpong, Tangerang – Banten. Kanon penangkis serangan udara dengan dua laras ini diproduksi oleh Norinco, Cina.

Seperti sudah jadi kebiasaan, kanon ini pun merupakan jiplakan dari produk serupa asal negara lain. Type 80 merupakan copy-an dari kanon ZU-23-2 produksi Rusia. Giant Bow atau disebut juga Shengong dapat dikendalikan secara manual atau otomatis dengan integrasi sistem.

Kecepatan luncur proyektilnya mencapai 970 meter per detik. Sementara untuk jarak tembak, untuk sudut vertikal maksimum 1.500 meter, dan sudut horizontal maksimum 2.000 meter.

Pengujian Meriam Giant Bow 23mm Type 80 - Republika Online (ROL)
Aditya Pradana Putra/Republika
Uji Coba Meriam Giant-Bow
Prajurit dari kesatuan Baterai Arteleri Pertahanan Udara (Arhanud) 1/1/K menguji coba meriam type 80 Giant Bow kaliber 23mm di Pusat Latihan Pertempuran Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur

Tapi, bila bicara jarak tembak mendatar maksimum bisa hingga 2.500 meter. Untuk merontokkan pesawat yang terbang rendah sudah barang tentu perlu kecepatan tembak yang spektakuler, secara teori disini 1.500 – 2.000 proyektil dapat dimuntahkan dalam 1 menit. Sedangkan untuk kecepatan tembak praktis 400 proyektil per menit. Jenis amunisi yang biasa digunakan adalah HEI-T dan API-T.

Kanon yang diproduksi tahun 2000 ini punya bobot 1.250kg, dalam gelar operasinya biasa ditarik dengan truk Unimog. Kanon yang diawaki 5 orang personel ini dapat digelar dalam tempo kurang dari 5 menit.

Ada dua kursi operator pada kanon ini, dan dalam skema operasi mandiri, dapat pula ditangani oleh satu juru tembak. Peran awak lainnya diperlukan untuk loading amunisi (magasin) dan penggantian laras.

Giant Bow dapat digerakan secara kinetik/manual (dengan putaran engkol), atau dapat pula dioperasikan secara elektrik lewat joystick. Buat awak senjata, tentunya lebih nyaman mengendalikan secara elektrik.

Seperti halnya kanon PSU pada umumnya, Giant Bow memiliki sudut putar 360 derajat. Sedangkan sudut elevasi laras dengan sistem manual yakni -5 sampai 90 derajat, dan elevasi laras dengan sistem elektrik mulai dari -3 sampai 90 derajat.

Gelar Operasi Tempur

Uji Tembak Meriam Giant Bow Target UAV - Republika Online (ROL)
Aditya Pradana Putra/Republika
Uji Coba Meriam Giant-Bow
Prajurit dari kesatuan Baterai Arteleri Pertahanan Udara (Arhanud) 1/1/K menguji coba meriam type 80 Giant Bow kaliber 23mm di Pusat Latihan Pertempuran Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur

Kanon Giant Bow saat ini menjadi etalase sistem senjata (sista) di Yon Arhanudri 1 Kostrad, yang bermarkas di bilangan Serpong, Tangerang – Banten. Selain punya tanggungjawab menjadi perisai bandara Soekarno Hatta (Soetta), batalyon ini juga punya tugas untuk mengamankan Pusat Penelitian Ilmu dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang – Banten.

Yon Arhanudri 1 memiliki 2 baterai kanon Giant Bow, dengan jumlah total ada 18 pucuk yang siap digunakan. Sebenarnya masih ada 1 pucuk lagi yang ditempatkan di Pusat Pendidikan Arhanud (Pusdikarhanud).

Dalam aksi tempurnya, kanon dua laras ini dibekali 2 box magasin (di kiri dan kanan). Masing-masing box magasin hanya berisi 50 butir peluru. Bisa dibayangkan betapa borosnya amunisi yang harus dikeluarkan dalam aksi tembak cepat.

Awak pendukung pastinya harus selalu siap bongkar pasang magasin dalam sikap tempur. Satu lagi yang cukup menantang, karena kecepatan tembak yang tinggi, membuat laras cepat panas. Secara prosedur, setiap 200 tembakan laras harus diganti. Kebetulan memang laras dirancang untuk bisan diganti secara cepat. Kabarnya, setiap kali latihan minimal harus disiapkan empat laras pengganti.

Integrasi Sistem Senjata

Meriam Giant Bow 23mm Type 80 TNI AD - Republika Online (ROL)
Aditya Pradana Putra/Republika
Uji Coba Meriam Giant-Bow
Prajurit dari kesatuan Baterai Arteleri Pertahanan Udara (Arhanud) 1/1/K menguji coba meriam type 80 Giant Bow kaliber 23mm di Pusat Latihan Pertempuran Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur

Sebagai sista modern, Giant Bow juga dapat dioperasikan secara terpadu. Lewat kendaraan BCCV (Battery Command & Control Vehicle) dapat dikendalikan sebanyak 4 sampai 8 pucuk kanon secara bersamaan dari jarak jauh.

Dalam skema integrasi sistem senjata ini, setiap pucuk kanon tidak diperlukan lagi jasa dari juru tembak, semua keputusan tembakkan dilakukan secara terpusat dari truk komando BCCV. Hanya saja awak untuk loading amunisi harus tetap siaga, pasalnya loading amunisi masih manual. Sebagai info, BCCV ditempatkan pada truk Beiben (tiruan Mercy) buatan Cina.

Selengkapnya di Indomiliter.com…